Rabu, 09 Januari 2013

MAKALAH FIKIH PPG

MAKALAH FIQIH                                   




SHALAT
 





Dosen Pengampu : Rusdi Jamil, M.Pd



 










DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :

USEP RUSMANA
ADE FATHURROHMAN




PESERTA PPG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012/2013
KATA PENGANTAR

Bissmilahirrohmanirrahim
Alhamdulillah segala puji syukur hanya untuk Allah yang telah mencurahkan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dalam menyusun makalah  yang berjudul "Shalat".
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. dan keluarga-Nya juga para sahabat-Nya serta para pengikut-Nya yang setia sampai akhir zaman.
Berangkat dari tugas yang kami dapatkan dari Dosen pada mata kuliah Fiqih 1 (ibadah dan mu’amalah) dalam penyusunan makalah pada kegiatan perkuliahan  Profesi Pendidikan Guru ( PPG ) dalam jabatan tahun 2012/2013, maka kami dari kelompok 2 mencoba untuk menyusun makalah yang membahas tentang permasalahan shalat.  Adapun masalah yang kami bahas di dalam makalah ini adalah tentang pengertian dan dasar hukum shalat, macam-macam shalat, tata cara shalat fardlu dan jama’ah, shalat jama’ qashar serta hikmah – hikmah yang terkandung di dalam shalat. Dan dengan adanya makalah  ini  diharapkan dapat memotifasi kami selaku peserta PPG dalam jabatan tahun 2012/2013 khususnya, umumnya kepada para pembaca untuk lebih memperdalam dan memperluas pengetahuan tentang "shalat". Dan didalam  penyusunan makalah ini kami mencari dari berbagai sumber  yang membahas tentang hal-hal yang bersangkutan.
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dalam isi, bentuk maupun susunan kalimatnya akan tetapi berkat bimbingan dan dorongan serta do'a dari berbagai pihak maka kesulitan-kesulitan yang kami hadapi alhamdulillah dapat teratasi walaupun belum maksimal keadaannya. Namun kami tetap menerima dan mengaharapkan kritik  serta saran dari pembaca demi untuk  kebaikan dan kesempurnaan dalam makalah ini.
Semoga apa yang kami usahakan ini kiranya dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca umumnya, Amin.

Jakarta,                    2012.

Penulis
 SHALAT

A.      Pengertian dan Dasar Hukum Shalat
            Secara etimologi ( lughot / bahasa ) shalat dapat diartikan sebagai do’a dan secara terminology ( istilah syar’i ) para ahli fiqih mengartikan fiqih secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan ( Sidi Gazalba, 88 ).  
            Adapun secara hakikinya ialah “menghadapkan hati ( jiwa ) kepada Allah, sebagai cara yang menunjukan ketaqwa’an kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya” atau “mendhahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya” (T.M. Hasbi Asy-Syidiqi, Fiqhus Sunnah : 59).
           Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ ( Imam Bashari Assayuthi, 30 ).
           Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’. Juga shalat merupakan penyerahan diri ( lahir dan bathin ) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-Nya.
      Berdasarkan hadits diatas dapatlah kita ketahui bahwa diwajibkan Shalat atas Nabi Muhammad SAW pada awalnya adalah 50 waktu, terus dikurangi sehingga menjadi 5 waktu seperti shalat yang kita laksanakan sampai sekarang. Dimana proses ini tidak dapat dipahami hanya secara akal melainkan harus secara keimanan sehingga dalam sejarah digambarkan setelahnya Nabi melaksanakan Isra dan Mi’raj, umat Islam ketika itu terbagi tiga golongan yaitu, yang secara terang – terangan menolak kebenarannya itu, yang setengah – setengah dan adapula yang meyakini i kebenarannya. 
          Shalat merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Syara’ dan diantara dalil-dalil yang menjelaskan tentang kewajiban shalat ini sesuai dengan Firman Allah SWT.

(#qßJŠÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qãèx.ö$#ur yìtB tûüÏèÏ.º§9$# ÇÍÌÈ
Artinya:
"Dan dirikanlah shalat, keluarkanlah zakat, dan tunduklah/ruku'lah bersama-sama orang­-orang yang ruku ".(Q.S. Al-Baqarah :43).

ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7øs9Î) šÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( žcÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍s3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çŽt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷ètƒ $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ  
Artinya :” bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al- Ankabut :45 )
#sŒÎ*sù ÞOçFøŠŸÒs% no4qn=¢Á9$# (#rãà2øŒ$$sù ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNà6Î/qãZã_ 4 #sŒÎ*sù öNçGYtRù'yJôÛ$# (#qßJŠÏ%r'sù no4qn=¢Á9$# 4 ¨bÎ) no4qn=¢Á9$# ôMtR%x. n?tã šúüÏZÏB÷sßJø9$# $Y7»tFÏ. $Y?qè%öq¨B ÇÊÉÌÈ  
Artinya: ” Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” ( Q.S.An-Nisaa’ : 103).

            Perintah tentang diwajibkannya mendirikan shalat tidak seperti Allah mewajibkan zakat dan lainnya. Perintah mendirikan shalat menurut Shahabat Anas (Al-Fiqhul Islam Waadillatuh) yaitu melalui suatu proses yang luar biasa yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra dan Mi’raj. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi SAW pada peristiwa isra’ wal mi’raj.           

فرضت  الصلاة على النبي صلى الله عليه و سلم ليلة اسري  به خمسين ثم نقصت حتى جعلت خمسا ثم ندي يا محمد انه لا يبدل القول لدي و ان لك بهذه الخمس خمسين) رواه احمد والنسائ والترمذي )

Artinya : “Shalat itu di fardlukan atas Nabi SAW. Pada malam Ia diisra’kan sebanyak 50 kali, kemudian dikurangi hingga lima, lalu Ia dipanggil :” Hai Muhammad ! putusanku tak dapat diubah lagi, dan dengan shalat lima waktu ini kau tetap mendapatkan ganjaran lima puluh. “ (H.R. Ahmad, Nasa’i dan Turmudzi )
                                                                                                                                                                        
Adapun hadits – hadits Nabi yang menunjukan tentang kewajiban shalat, diantaranya adalah ;
            مروا اولادكم بالصلاة وهم ابناء سبع واضربوهم عليها وهم ابناء عشر(رواه ابو داود)
Artinya :” Dari amri bin Syuaib dari ayahnya, dari neneknya. Nabi bersabda perintahlah anak-­anakmu mengerjakan shalat di waktu usia mereka meningkat 7 tahun dan (dimana perlu) pukullah mereka meningkat 1 tahun”. (H.R. Abu Dawud).
عن مالك ابن الحويرث رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم صلوا كما رأيتموني اصلي (رواه البخاري)

Artinya :” dari Malik bin Al-Huwairits R.A, Rasulullahi SAW. Telah bersabda :” Shalatlah kalian, sebagaimana Aku melakukan Shalat.”(H.R. Bukhori)

عن ابن عمر رضي الله عنهما قالا :  قال رسول الله صلى الله عليه وسلم بني الاسلام على خمس : شهادة ان لااله الا الله وان محمدا رسول الله واقام الصلاة وايتاء الزكاة والحج
 وصوم رمضان. (رواه البخارى ومسلم)
Atinya :” Dari Abdullah bin Umar R.A. Rasulullah SAW. Telah bersabda : Islam berdiri diatas 5 bangunan, bersyahadah bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi  Muhammad sebagai Rosulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan”.     (H.R. Bukhori dan Muslim).
Berikut adalah salah satu ungkapan Abi Al- Husain Yahya bin Abil Khoir  Al-‘Imroni Ass-Syafi’i  Alyamani dalam Kitab Al-bayan : 




  


a.      Syarat - syarat  Shalat
 Syarat menurut bahasa adalah ألعلامة  (Tanda), sedangkan menurut Ishtilah (Syari’at) :              هوما يتوقف عليه وجودالشئ (sesuatu yang ditangguhkan akan sesuatu tersebut adanya sesuatu yang lain).
Syarat terbagi terbagi dua :
a.     وجوب أو تكليف شروط             : Syarat Taklif atau Wajib
b.    أداء أو صحة شروط                       : Syarat syah atau menunaikan
Adapun syarat wajib shalat ada 3 perkara :
1.      Beragama Islam (ألاسلام)
2.      Baligh (بالغ) 
3.      Berakal (عاقل)
Syarat-syarat sah shalat ada 5, yaitu:
  1. Suci dari hadats (hadats besar maupun hadats kecil)
  2. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat dari najis
  3. Menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusat dan lutut, sedang wanita seluruh anggota badannya kecuali muka dan dua buah tapak tangan
  4. Mengetahui masuk waktu shalat  
  5. Menghadap kiblat
d.        Rukun shalat.
Definisi Rukun
ما تشتمل عليه ألصلاة (sesuatu pekerjaan yang mencakup/termasuk di dalam praktik sholat), atau;ما كان داخلها  (suatu pekejaan yang ada di dalam shalat)
            Tentang rukun shalat ini dirumuskan menjadi 13 perkara:
1.      Niat, artinya menyegaja di dalam hati untuk melakukan shalat.
Sabda Nabi Muhammad s.a.w.:
انما الأعمال بالنيات  (رواه البخاري ومسلم)
Niat menurut bahasa   ialah maksud, tujuan, nazar.  adapun niat dalam bahasa arab ialah sengaja atau sengaja dalam hati
النية شرعا قصد الشئ مقترنا بفعله  (قليوبي ج:۱  ص:۱٤۰  ) 
Niat itu menurut syaria’at Islam ialah :  menyengaja memperbuat sesuatu  diserempakkan  dengan memperbuat sesuatu itu  (Qaliyubi juz 1 hal.140)
            Kedudukan niat dalam Shalat :
            Allah SWT Berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)

5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

Niat dalam sembahyang adalah “Rukun” berarti tidak sah sembahyang tanpa niat. Fatwa ini sepakat Imam mujtahid yang empat baik Syafi’i, Hanafi, Maliki dan hambali. Dalam soal”niat” pengishtilahan atau bahasa  madzhab syafi’i dan Maliki menyebut “Rukun” sembahyang, tetapi dalam mdzhab Hanafi dan Hanbali Niat itu ialah “Syarath Shah” sehingga jika salah seorang sembahyang tanpa niat, maka sembahyngnya bathal, tidak sah. Ini hanya perbedaan Ishtilah.
Hal yang harus diperhatikan menurut faham dalam  kalangan ‘Ulama Syafi’iyyah bahwa :
a.       Niat itu terletak dalam hati bukan di baca, dan bacaan itu adalah sunnah bukan rukun
b.      Niat itu mesti Muqaranah yaitu serempak dengan permulaan ibadat
c.       Ibadat sembahyang dimulai dengan takbiratul ihram atau ucapan Allahu Akbar, maka niat sembahyang  itu harus dijalankan dalam hati pada ketika membaca Allahu Akbar.
d.      Muqaranah terbagi 2 macam, yaitu :
                                    1.      Muqaranah Haqiqiyah ,  yaitu :  serempak betul dengan arti bahwa permulaan niat itu betul-betul ketika permulaan membaca “alif” dalam Allahu Akbar, dan itulah yang dimaksud permulaan sembahyang.
                                    2.      Muqaranah ‘Urfiyyah, yaitu : serempak betul, dengan arti asal niat itu keseluruhannya terlintas hadir dalam hati  ketika membaca Allahu Akbar, maka sudah cukup.
Yang dikecualikan dalam Muqaranah hanyalah Ibadah Puasa, karena sulit sekali melakukan niat serempak dengan puasa, khawatir kalau kalau terdahulu puasa dari niat atau terkemudian puasa dari niat, karena waktu antara malam dan siang itu hanya sedetik,  jadi niat puasa boleh di dahulukan. Dalam hadits ada  kata “bi” yang berarti Mushahabah (bertemu).
Maka pengertian Hadits ini ; Bahwasannya semua amalan bertemu dengan niat, tidak boleh terdahulu dan tidak boleh terkemudian.
                        Adalah sangat terlarang dan tidak sah sembahyang kalau hati kosong,
2.      Berdiri, bagi orang yang kuasa. (tidak dapat berdiri boleh dengan duduk tidak dapat duduk boleh berbaring).
3.      Takbiratul ihram, yaitu mengucapkan  lafadz  Allah Akbar.dan ta’awudz
4.      Membaca Surat Al-fatihah.dan bismillahirrahmanirrahim yang termasuk ayat dari fatihah.
5.      Ruku' dan thuma'ninah, yaitu dengan membungkuk sehingga punggung menjadi sama datar dengan leher dan kedua belah tangannya memegang lutut.dengan membaca do’a :
سبحان ربي العظيم (رواه مسنم وأصحاب السنن)
Atau (  رواه احمد و أبوا داود والترمذي )  وبحمده سبحان ربي العظيم 3 kali
6.      I'tidal dengan thuma'ninah. Dengan bacaannya :
 ربنا لك الحمد (رواه البخاري ومسلم)أللهم
7.      Sujud dua kali dengan thuma'ninah.dengan bacaan sujud :
سبحان ربي الأعلى (رواه مسنم وأصحاب السنن)
Atau (  رواه احمد و أبوا داود والترمذي )  وبحمده سبحان ربي الأعلى  3 kali
Tambahan  وبحمده  juga terdapat dalam hadits Riwayat Abu daud dan Daaru quthni
8.      Duduk diantara dua sujud dengan thuma'ninah.
9.      Duduk  akhir.
10.  Membaca  tasyahud akhir, dengan bacaan :
ألتحيات المباركا ت الصلوات الطيبات لله السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته السلام علينا وعلى عبادالله الصالحين أشهد أن لا اله ألا  الله وأشهد أن محمدا رسول الله  رواه مسلم عن ابن عباس))
11.  Membaca shalawat atas Nabi SAW. pada tasayahud akhir.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد  - رواه البخاري وأحمد-

Shalawat kepada Nabi SAW dalam tasyahud akhir hukumnya wajib. Sedangkan shalawat kepad   keluarga beliau, hukumnya adalah sunnah menurut ulama As-Syafi`iyah.
12.  Mengucap salam yang pertama ke kanan
13.  Menertibkan Rukun  (Mendahulukan yang awal dan mengakhirkan yang harus diakhirkan atau tersusun dari rukun pertama sampai seterusnya sampai rukun yang terakhir)
Keterangan:
الطمآنينة هي سكون بعد حركة بقدر سبحان الله
Thuma'ninah yakni berhenti sejenak sekedar ucapan “subhanallah”.
b.      Sunnah-Sunnah Shalat
1.      Sunnah Sebelum Shalat
a.       Azan
b.      Iqaamah
2.      Sunnah di dalam Shalat
a.      Sunah Ab’adh
-          Membaca tasyahud awal
-          Membaca shalawat pada tasyahud awal
-            Membaca shalawat atas keluarga nabi saw. Pada tasyahud akhir
-            Membaca qunut pada shalat subuh, dan shalat witir dalam pertengahan terakhir
 bulan ramadhan, hingga akhir bulan ramadhan.
b.      Sunah Haiat
a.    Mengangkat kedua belah tangan ketika takbiratul ihram, ketika akan rukuk dan ketika berdiri dari rukuk.
b.    Meletakkan telapak tangan yang kanan diatas pergelangan yang kiri ketika berdekap (sedakep).
c.    Membaca doa iftitah sehabis takbiratul ihram.
d.   Membaca ta’awwudz (a’uudzu billaahi minasysyaithaanir-rajiim) ketika hendak membaca fatihah.
e.    Membaca amin sesudah membaca fatihah.
f.     Membaca surat Al-Qur’an pada dua raka’at permulaan (raka’at pertama dan kedua) sehabis membaca fatihah.
g.    Mengeraskan bacaan fatihah dan surat pada raka’at pertama dan kedua pada shalat maghrib, isya dan subuh selain makmum.
h.    Membaca takbir ketika gerakan naik turun.
i.      Membaca tasbih ketika rukuk dan sujud.
j.      Membaca “sami’allahu liman hamidah” ketika bangkit dari rukuk dan membaca “rabbanaa lakal hamdu…..” ketika I’tidal.
k.    Meletakkan telapak tangan diatas paha waktu duduk bertasyahud awal dan akhir dengan membentangkan yang kiri dan menggenggamkan yang kanan kecuali jari telunjuk.
l.      Duduk iftirasy dalam semua duduk shalat.
m.  Duduk tawarruk (bersimpuh) pada waktu duduk tasyahud akhir.
n.    Membaca salam yang kedua.
o.    Memalingkan mula ke kanan dan ke kiri masing-masing waktu membaca salam pertama dan kedua.
c.       Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat
Shalat itu batal (tidak sah) apabila salah satu syarat rukunnya tidak dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja.Dan shalat itu batal dengan hal-hal yang seperti tersebut dibawah ini:
  1. Berhadats 
2.      Terkena najis tang tidak termaafkan
3.      Berkata-kata dengan sengaja walaupun dengan satu huruf yang memberikan pengertian
4.      Terbuka auratnya
5.      Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalat
6.      Makan atau minum meskipun sedikit
7.      Bergerak berturut-turut tiga kali, seperti melangkat atau berjalan sekali yang bersangatan
8.      Membelakangi kiblat 
9.      Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti rukuk dan sujud
10.  Tertawa terbahak-bahak
11.  Mendahului imamnya dua rukun
12.  Murtad ( keluar dari islam)
d.      Perbuatan – perbuatan yang makruh di dalam shalat.
            Perbuatan-perbuatan yang makruh didalam shalat ialah
1.      Menahan hadats.
2.      Melihat kekanan / kekiri.
3.      Meludah kemuka, ke kanan atau ke kiri.
4.      Memalingkan muka.
5.      Memejamkan mata.
6.      Menutup mata rapat-rapat.
7.      Melihat ke arah langit.
8.      Terangkat kepalanya atau menurunkannya dengan sangat di waktu ruku
9.      Menahan telapak tangannya dilengan bajunya ketika sedang takbiratul'ihram, ruku atau sujud.
10.  Bertolak pinggang ; yakni meletakkan kedua tangannya di atas pinggang.
11.  Shalat di kuburan atau biara / gereja.

e.       Waktu-Waktu Yang Dilarang Untuk Shalat
            Ada lima waktu yang tidak boleh ditempati melakukan shalat, kecuali shalat yang  mempunya sebab, yaitu:
}  Setelah shalat subuh hingga terbitnya matahari
}  Ketika terbitnya matahari hingga sempurna dan naik sekurang-kurangnya setinggi tombak (+/- 100 dari permukaan bumi).
}  Ketika matahari rembang (diatas kepala) hingga condong sedikit ke barat.
}  Setelah shalat ashar hingga terbenamnya matahari
}  Ketika mulai terbenamnya matahari hingga sempurna.
f.       Shalat Bagi Yang Bepergian
                        Bagi rang yang bepergian (musafir) dibolehkan mengqashar atau menjama' shalat-shalat fardhu.
g.      Shalat Bagi  Orang Yang Sakit
          Orang yang sedang sakit wajib pula mengerjakan shalat, selama akal dan ingatanya masih radar.
1.    Kalau tidak dapat berdiri, boleh mengerjakanya sambil duduk.
2.    Jika tidak dapat duduk, boleh mengerjakanya dengan cara; dua belah kakinya diarahkan ke arah kiblat, kepalanya ditinggikan dengan alas bantal dan mukanya diarahkan ke kiblat.
3.    Jika duduk seperti biasa dan berbaring juga tidak dapat, maka boleh berbaring dengan seluruh anggota badan dihadapkan ke arah kiblat.
4.    Jika tidak dapat mengerjakan dengan cara berbaring seperti tersebut diatas, maka cukup dengan isyarat, bak dengan kepada maupun dengan mata.
h.      Sujud sahwi
          Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena kelupaan dalam shalat. Cara mengerjakannya sama dengan sujud biasa, artinya dengan takbir diantara dua sujud dan dikerjakan sesudah tahiyat akhir sebelum salam.
سبحان من لا ينام ولا يسهوا
Artinya:
"Maha Suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa".
  1. MACAM-MACAM SHALAT
a.       Shalat fardhu
Shalat fardlu meliputi shalat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magh-rib, dan Isya.
Shalat Fardhu dan Waktunya   
Shalat fardhu itu ada lima dan masing-masing mempunyai waktu yang ditentukan. Kita  diperintahkan menunaikan shalat-shalat itu di dalam waktunya masing-masing.
}  Zhuhur
awal waktunya setelah condong matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila baying-bayang sesuatu telah sama panjangnya dengan sesuatu itu.
}  Ashar
            waktunya mulai dari habisnya waktu zhuhur, sampai terbenamnya matahari.
}  Maghrib
            waktunya dari terbenamnya matahari sampai hilanya syafaq (awan senja) merah.
}  Isya’
            waktunya dari mulai terbenam syafaq (awan senja) hingga terbit fajar.
}  Subuh
Waktunya dari mulai terbit fajar shodiq sampai terbitnya matahari.

b.      Shalat Sunnah
1)        Arti Shalat Sunnah
Shalat-shalat sunah/nawafil ialah shalat-shalat sunnah yang diluar dari pada shalat-­shalat yang difardhukan. Shalat itu dikerjakan oleh Nabi Muhammad untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mengharapkan tambahan pahala.
2)        Shalat Sunnah Rawatib.
       Shalat sunnah rawatib ialah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat fardhu. Seluruh dari shalat rawatib ini 22 raka'at.
·         2 raka'at sebelum shalat Subuh (sesudah shalat shubuh tidak ada sunnat ba'diyah); 2 raka'at sebelum shalat Zhuhur; 2 atau 4 raka'at sesudah shalat zhuhur.
·         2 raka'at/ 4 raka'at sebelum shalat `ashar, (sesudah shalat `ashar tidak ada surmah ba'diyah).
·         2 raka'at sesudah shalat mahgrib.
·         2 raka'at sebelum shalat isya.
·         2 raka'at sesudah shalat isya.
Shalat-shalat tersebut, yang dikerjakan sebelum shalat fardhu dinamakan “Qabliyah” dan sesudahnya disebut "Ba’diyah".
3)        Shalat Tahyatul Masjid
Shalat sunnah yang dikerjakan oleh jama'ah yang sedang masuk ke masjid, baik pada hari Jum'at maupun lainya, diwaktu malam atau siang.
Sabda Rasulullah saw.
إذا جاء  احدكم المسجد فليصل سجد تين من قبل ان يجلس
Artinya
"Jika salah seorang diantaramu masuk di masjid, maka hendaklah ia shalat dua raka'at sebelum duduk ".
4)        Shalat Sunnah Taubat
Shalat yang disunnahkan, shalat ini dilaksanakan setelah seseorang melakukan dosa atau merasa berbuat dosa, lalu bertaubat kepada Allah swt.
Doanya :
"Saya memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung, saya mengaku bahwa tiada tuhan yang hidup terus selalu jaga. Saya memohon taubat kepadanya, selaku taubatnya seorang hamba yang banyak dosa, yang tidak mempunyai daya upaya untuk bertaubat madlarat atau manfa'at, untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.
5)        Shalat Sunnah Awwabin
Sesudah sunnah ba'da maghrib (ba'diyyah), disunnahkan pula bagi siapa saja yang mengerjakan sunnah dua sampai dengan enam raka'at, yang dinamakan shalat sunnah awwabin.
6)        Shalat Sunnah Tarawih
Shalat malam yang dikerjakan pada bulan ramadhan. Shalat ini hukumnya sunnah muakkad, boleh dikerjakan sendiri-sendiri atau berjama'ah. Shalat tarawih ini dilakukan sesudah shalat isya sampai waktu fajar. Bilangan raka'atnya ada 8 raka'at sampai 20 raka'at.
7)        Shalat Sunnah Witir.
Shalat witir hukumnya sunnah, yakni shalat sunnah yang sangat diutamakan. Dalam hadits dinyatakan yang artinya:
"Dari Ali .r.a berkata : "Shalat witir itu bukan wajib sebagaimana shalat lima waktu, tetapi Rasulullah saw. telah mencontohkannya dan bersabda: "sesungguhnya Allah itu witir (Esa) dan suka kepada witir, maka shalat witirlah wahai ahli Qur'an". (H.R. Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Waktunya sesudah shalat isya sampai terbit fajar, biasanya shalat witir itu dirangkaikan dengan shalat tarawih. Bilangan raka'at nya 1, raka'at 3, 5, 7, 9, dan 11.
8)        Shalat Id atau Shalat Hari Raya
Shalat Hari Raya ada dua, yaitu hari Raya Fitrah dan hari Raya Adha. Waktu shalat id dimulai dari terbit matahari sampai tergelincirnya.
Hukumnya sunnah muakkad bagi laki-laki dan perempuan mukim atau musafir. Boleh dikerjakan sendirian dan sebaiknya dilakukan berjama'ah.
9)        Shalat Istiqarah
Shalat istiqarah ialah shalat sunnah dua raka'at untuk memohon kepada Allah ketentuan pilihan yang lebih baik diantara dua hal atau lebih yang belum dapat ditentukan baik buruknya. Shalat istiqarah lebih utama dikerjakan seperti shalat tahajud yakni dimalam hari. Hukumnya sunnah muakkad bagi yang sedang menghajatkan petunjuk itu.
Sabda Nabi Muhammad saw yang artinya : "Tidak akan kecewa bagi orang yang melaksanakan shalat istiqarah, dan tidak akan menyesal bagi orang yang suka bermusyawarah dan tidak akan kekurangan bagi orang yang suka berhemat". (H.R.Thabrani).
10)    Shalat Hajat.
Shalat hajat ialah shalat sunnah yang dikerjakan karena mempunyai hajat agar diperkenankan hajatnya oleh Allah. Shalat hajat dikerjakan dua raka'at, kemudian berdo'a memohon sesuatu yang menjadi hajatnya. Shalat hajat dilaksanakan dua raka'at sampai dengan 12 raka'at dengan tiap-tiap dua raka'at satu salam.
$ygƒr'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qãYÏètGó$# ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÌÈ
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah dengan sabar dan shalat, karena sesungguhnya Allah beserta oring-orang yang sabar". (Q.S. Al­-Baqarah. 153).
11)    Shalat Tasbih.
Shalat sunnah tasbih ialah shalat yang sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw. Kepada pamannya. Sayidina Abbas Ibnu Muthalib. Shalat tasbih ini dianjurkan mengamalkan, kalau dapat tiap-tiap malam kalau tidak dapat tiap malam maka sekali seminggu, kalau, juga tak sanggup sekali seminggu, dapat juga dilakukan sebulan sekali atau setahun sekali dan kalau tak dapat setahun, setidak-tidaknya sekali seumur hidup.
12)    Shalat Tahajjud
Shalat Tahjjud ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam, sedikitnya dua raka'at dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas. Waktunya sesudah shalat isya sampai terbit fajar. Shalat dapat disebut tahajjud, dengan syarat apabila dilakukan sesudah bangun dari tidur malam, sekalipun tidur itu hanya sebentar. Hadits Rasulullah saw.
Hadist Rasulullah saw :
"Perintah Allah turun ke langit dunia diwaktu hingga sepertiga yang akhir dari waktu malam, lalu berseru: adakah orang-orang yang memohon (berdo'a, pasti akan Ku kabulkan, adakah orang yang meminta, pasti akan Ku beri dan adakah yang menharap/memohon ampunan, pasti akan Ku ampuni baginya. Sampai tiba waktu subuh.
13)    Shalat Dhuha
Shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik, hukumnya sunnah. Permulaan shalat Dhuha ini kira-kira matahari sedang naik setinggi kurang lebih 7 hasta dan berakhir diwaktu matahari lingsir. Sekurang-kurangnya shalat ini dua raka'at, sebanyak-banyaknya 8 raka'at.
Dari Zaid bin Arqam r.a.  berkata :
‘Abu Hurairah na berkata : " Kekasihku Rasulullah saw berpesan pada saya supaya berpuasa tiga hari tiap-tiap bulan dan shalat dhuha dua raka'at, dan shalat witir sebelum tidur". (H.R. Bukhari dan Muslim).
C.   TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT.
a.       Berdiri
b.      Takbiratul ihram
c.       Membaca surat iftitah
d.      Membaca surat al-Fatihah
e.       Membaca surat pendek
f.       Rukuk
g.      I'tidal
h.      Sujud
i.        Duduk antara dua Sujud
j.        Sujud
k.      Duduk tasyahud awal (raka'at kedua )
l.        Duduk tasyahud akhir
(raka'at terakhir )
m.    Salam

a.      Shalat Berjama’ah dan Tata Caranya

Shalat berjama'ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang banyak bersama-sama, sekurang-kurangnya dua orang, seorang diantaranya mereka yang lebih fasih bacaannya dan lebih mengerti tentang hukum Islam dipilih menjadi imam.
Shalat berjama'ah hukumnya sunnah mu'akkad kecuali shalat jama'ah pada shalat jum'at. Pahala shalat berjama’ah 27 derajat (kali) dibandingkan dengan shalat sendirian.
Rasululah saw. Bersabda:
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم صلاة
الجماعة تفضل على صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة. (رواه البخار ومسلم)
Artinta : dari ibnu ‘Umar r.a berkata: Telah bersabda Rasululloh SAW :Sholat Kebaikan Shalat berjama’ah melebihi  sholat sendirian sebanyak 27 derajat (H.R. Bukhari dan Muslim).

Hukum Shalat brjama’ah ada yang mengatakan Fardu kifayah, dan ada juga yang mengatakan Fardu ‘Ain dan Sunnah Mu’akkad (Istimewa), dalil-dalil yang kuat tentang hukum shalat mu’akkad adalah dari kitab Nailul Autor, Al-bayan lil Imamisy Syafi’i. Sedangkan bagi perempuan sholat di rumah lebih baik dan lebih utama bagi mereka.

Diantara dalil yang mewajibkan shalat berjama’ah adalah Q.S Al-Baqarah Ayat 43
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ (٤٣)
43. dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'[44].

[44] Yang dimaksud Ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.

Sedang yang mengambil hukum shalat berjama’ah itu sunnah mu’akkad bersumber pada Q.s. An-nisa:102

وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِنْ وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُمْ مَيْلَةً وَاحِدَةً وَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ كَانَ بِكُمْ أَذًى مِنْ مَطَرٍ أَوْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَنْ تَضَعُوا أَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُوا حِذْرَكُمْ إِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا (١٠٢)
102. dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat)[344], Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu[345]], dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu[346].

[344] Menurut jumhur mufassirin bila telah selesai serakaat, Maka diselesaikan satu rakaat lagi sendiri, dan Nabi duduk menunggu golongan yang kedua.
[345] Yaitu rakaat yang pertama, sedang rakaat yang kedua mereka selesaikan sendiri pula dan mereka mengakhiri sembahyang mereka bersama-sama Nabi.
[346] Cara sembahyang khauf seperti tersebut pada ayat 102 ini dilakukan dalam Keadaan yang masih mungkin mengerjakannya, bila Keadaan tidak memungkinkan untuk mengerjakannya, Maka sembahyang itu dikerjakan sedapat-dapatnya, walaupun dengan mengucapkan tasbih saja.




            Syarat Imam dan Ma’mum
            -  Syarat- syarat  menjadi Imam
   a.  Imam sebaiknya adalah orang yang lebih tua.
   b.  Imam sebaiknya adalah orang yang mengerti  dan hafal tentang ayat-ayat al-qur’an.
   c.  Imam bagi bagi jama’ah wanita adalah laki-laki tau wanita, wanita tidak
        boleh menjadi  imam  kaum leleki.
   d.  Imam hendaknya jangan mengikuti yang lain.

            -  Syarat- syarat menjadi ma’mum
    a. Hendaklah berniat menjadi ma’mum.
    b. Ma’mum mengikuti segala yang dikerjakan Imam
    c. Mengetahui gerak-gerik perbuatan Imam.
    d. Tempat Ma’mum tidak boleh lebih kedepan dari pada imam
    e. Tidak boleh mendahului baca’an dan gerakan shalat imam
    f. Bagi masbuk yang hanya sempat mengikuti sebagian berjama’ah  masih mendapat
        pahala jama’ah. 

Hadits Riwayat Bukahari dan Muslim di atas serta keterangan dalam kitab Al-bayan di bawah ini :






Tata Cara Shalat berjama’ah
Diawali dengan melangkah ke masjid dengan tenang, niat ikhlas karena Alloh SWT , shalat pun dilaksnakan dengan tenag dan sunnah berdo’a
 







Masuk ke masjid dengan mendahulukan kaki kanan dan membaca do’a







 









keluar masjid dengan kaki kiri







 










Imam dan makmum memulai shalat dengan niat terlebih dahulu, Imam meluruskan barisan (shaff) dan membaca hadits







 










                                                                  Tata Cara Ruku’


 










Skema Sholat berjama’ah











Right Arrow: 1 orang makmum dan 1 orang makmum


 








Dan seterusnya, setiap ada 1 makmum hendaklah dating dan menempati arah kanan dan 1 orang laki ke sebelah kiri (video terlampir)

b.      Shalat Jamak Dan Qashar dan Tata caranya
a.    Menjama' shalat.       
Shalat Jamak artinya shalat yang dikumpulkan , yang dimaksudkan adalah 5 waktu shalat fardu itu, dikerjakan dalam satu waktu.
Jamak terbagi 2 macam :
1.      Jamak taqdim (dahulu)
Contoh : Sholat dzuhur  dan ashar yang dikerjakan di waktu dzuhur dan seterusnya
Syarat Jamak Taqdim :
-          Hendaklah dimulai dengan shalat yamg pertama
-          Berniat Jamak agar berbeda dari shalat yang terdahulu
-          Berturut-turut.
2.      Jamak Ta’khir (terkemudian)
Contoh  :shalat ashar dan dzuhur dilakukan pada waktu dzuhur
Syarat jamak ta’khir : pada waktu waktu pertama hendaklah berniat akan melakukan shalat pertama itu di waktu yang kedua, supaya ada maksud bersungguh-sungguh akan mengerjakan shalat pertama itu dan tinggalkan begitu saja.

Shalat qashar ialah shalat yang diperpendek (diringkaskan). Seorang musafir diperbolehkan mengqashar shalat fardhu yang empat raka'at menjadi dua raka'at. Adapun shalat maghrib (3 raka'at) dan shubuh (2 raka'at) tetap sebagaimana biasa.

#sŒÎ)ur ÷Läêö/uŽŸÑ Îû ÇÚöF{$# }§øŠn=sù ö/ä3øn=tæ îy$uZã_ br& (#rçŽÝÇø)s? z`ÏB Ío4qn=¢Á9$# ÷bÎ) ÷LäêøÿÅz br& ãNä3uZÏFøÿtƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. 4 ¨bÎ) tûï͍Ïÿ»s3ø9$# (#qçR%x. ö/ä3s9 #xrßtã $YZÎ7B ÇÊÉÊÈ
Artinya:
"Apabila kamu mengadakan perjalanan diatas bumi (didarat maupun dilaut) maka tidak ada halangan bagimu untuk memendekkan shalat " (Q.S An-Nisa : 101).

Syarat-syarat sahnya shalat qashar:
  1. Jarak perjalanan sekurang-kurangnya dua hari perjalanan kaki, atau dua marhalal
(yaitu sama dengan 16 farsah). Keterangan ini berdasarkan hadist Nabi saw.
كان ابن عمر وبن عباس رضي الله عنهم تقصران ويفطران فى اربعة برد هي ستة عشر فرسخا. (رواه البخار ومسلم)
Artinya:
"Pernah Ibnu Umar dan Ibn Abbas r.a. mengqashar dan berbuka dalam perjalanan sejauh empat burud yaitu enam batas farsakh".
            Atau perjalanan sekurang-kurangnya 80,640 Km atau lebih
  1. Bepergian bukan untuk maksiat.
  2. Shalat yang boleh diqashar hanya shalat yang empat raka'at saja, dan bukan shalat qadla.
  3. Niat mengqashar pada waktu takbiratul 'ihram.
  4. Tidak ma'mun kepada orang shalat yang bukan musafir.
  1. HIKMAH SHALAT
Hikmah dan rahasia shalat yang terkandung dalam shalat antara lain:
1.      Mengingatkan kepada Allah, menghidupkan rasa takut dan tunduk kepadaNya, serta menumbuhkan dalam jiwa rasa kebesaran dan kekuatanNya. Allah berfirman dalam Surat Thaha ayat 14.
2.      Menyucikan roh dan menjauhkan dari perbuatan jahat. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam Surat Al-Ankabut ayat 45.
3.      Mendidik dan melatih manusia menjadi orang yang tenang dalam mengahdapi segala penderitaan dan menghilangkan sifat kikir. Allah berfirman dalam Surat
Al-Ma’aarij ayat 22.
4.      Menghapus dosa.
5.      Mendidik disiplin, sebagaimana firman Allah dalam Surat An Nisa ayat 103.
6.      Mendidik kebersihan
7.      Menjaga kesehatan.
8.        Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah.
9.        Memberikan ketenangan dalam diri (lahir dan bathin).
10.    Mendapatkan kecintaan kepada Allah.
11.    Mencegah perbuatan keji dan mungkar.
12.    Mendapatkan ridha Allah Swt.
.
\







D.   HUKUM MENINGGALKAN SHALAT
Bila yang meninggalkan shalat tersebut tidak meyakini kewajiban shalat maka ulama sepakat bahwa orang tersebut kafir menurut nash/dalil yang ada dan ijma’. Namun bila meninggalkannya karena malas maka ada perbedaan pendapat dalam hal ini.
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya maka orang itu kafir menurut kesepakatan kaum muslimin. Ia keluar dari Islam, kecuali jika orang itu baru masuk Islam dan tidak berkumpul dengan kaum muslimin sesaatpun yang memungkinkan sampainya berita tentang wajibnya shalat padanya dalam masa tersebut. Bila ia meninggalkan shalat karena malas-malasan sementara ia meyakini akan kewajibannya sebagaimana keadaan kebanyakan manusia, mereka tidak mengerjakan shalat karena malas padahal tahu hukum shalat tersebut maka ulama berbeda pendapat dalam masalah ini.”(Al-Minhaj, 2/257)
Menurut Imam Syafi’i, Maliki dan Hambali : Harus di bunuh, Menurut Imam Hanafi : Ia harus di tahan selama-lamanya atau sampai ia shalat.

























DAFTAR PUSTAKA

1.      Al-fiqhul Islam Wa adillatuh (Dr. Wahbah AL-Zuhaili)
2.      Fiqhul Islam (H. Sulaiman Rasyid)
3.      Kifayatul Akhyar (Imam Taqyud din Abi Bakr bin Muhammad Al-husaini)
4.      Kasyifatus Syajaa (Imam Nawawi Bantan)
5.      Internet
6.      Fiqih Lima Madzhab Terjemah (Muhammad Jawad Mughniyah)
7.      Abi Al- Husain Yahya bin Abil Khoir  Al-‘Imroni Ass-Syafi’i  Alyamani dalam Kitab Al-bayan.
8.      Kasyifatus Syajaa : Imam Nawawi Bantan
9.      Indah Mulya. 2008. Gerakan Shalat Mengandung Terapi Kesehatan. Dari edisi no. 477 Tahun VI.
       Abi Nizma. 2006. Gerakan Shalat dan Kesehatan di Dalamnya. Diakses dari www.dudung.net.
10.  Buku  Paket Fiqih Kelas VIII MTs
11.  Ghoyah Wa Taqrib :Syaikh Abi Suja